IMPLIKASI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
IMPLIKASI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
di tulis Oleh Wahid Suharmawan
di tulis Oleh Wahid Suharmawan
PENDAHULUAN
Perkembangan Teknologi Informasi telah berdampak luas dalam berbagai bidang kehidupan. Bidang politik, sosial dan budaya, pendidikan, ekonomi dan bisnis telah mengaplikaskan teknologi informasi dalam memperlancar segala urusan.
Pada bidang pendidikan, pemerintah telah gencar mengaplikasikan teknologi ini sebagai sarana mendekatkan program-program pemerintah dengan masyarakat. Munculnya website depdiknas, e-learning dari universitas-universitas dalam maupun luar negeri, informasi beasiswa dan lain-lain yang secara online dapat diakses oleh masyarakat dimanapun berada sangat berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di tingkat sekolah, adanya kurikulum Teknologi informasi sebagai mata pelajaran wajib di sekolah menengah, diikuti oleh pembangunan Laboratorium Komputer untuk praktek, secara langsung akan membekali siswa-siswa sekolah menengah untuk mengenal, mengerti bahkan terampil menggunakan Teknologi Komunikasi dan Informasi. Kompetensi ini akan sangat berdampak pada kemampuan siswa untuk memperkaya sumber-sumber belajar dari internet yang tidak mereka dapatkan dari pelajaran di sekolah.
Dampak lain dari perkembangan teknologi informasi adalah munculnya berbagai sistem informasi akademik di setiap sekolah, untuk mempermudah proses manajemen di sekolah. Para siswa terbantu dalam mengakses berbagai informasi baru dari sekolah seperti pendaftaran calon siswa baru, melihat nilai dan perkembangan mutakhir lainnya. Pihak sekolah juga terbantu untuk menyediakan informasi terbaru yang dibutuhkan oleh para guru maupun karyawan yang secara transparan dapat diakses dimanapun secara online.
Meskipun dampak teknologi informasi sudah sedemikian besar pengaruhnya pada lingkup sekolah, ternyata fakta yang terjadi di lapangan adalah banyak guru-guru, karyawan dan konselor sekolah masih gagap teknologi. Bagi guru-guru dan karyawan tentu Teknologi Informasi akan mempermudah segala urusan pembelajaran di sekolah, disamping untuk memperkaya bahan ajar. Bagi konselor akan sangat menunjang dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling.
Walaupun sebelum teknologi ini muncul, seorang konselor sekolah sudah dapat menyelenggarakan kegiatan layanan Bimbingan dan Konsellingdi sekolah, tetapi kecenderungan yang terjadi sekarang adalah penguasaan kompetensi ini oleh seorang konselor sekolah merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar. Ketidakmampuan seorang konselor sekolah dalam mengaplikasikan teknologi informasi akan menghambat tugas-tugasnya di masa mendatang.
Sebenarnya pada Standar Kompetensi Konselor Indonesia telah mengamanatkan kepada para konselor untuk menguasai teknologi informasi untuk kepentingan pemberian layanan Bimbingan dan Konsellingdi sekolah. Identifikasi layanan Bimbingan dan Konsellingyang dapat dilakukan dengan teknologi informasi juga sudah dilakukan. Menurut Handarini (2006), menyatakan bahwa teknologi dan internet dapat diterapkan dalam layanan bimbingan konseling, yaitu : 1) layanan appraisal, 2) layanan informasi, 3) layanan Konseling, 4) layanan konsultasi, 5) layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut dan 6) layanan evaluasi.
Pada layanan appraisal yang merupakan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang berupa pengumpulan, analisa, dan pengumpulan data personal, psikologis, sosial siswa; yang berguna untuk memahami siswa dan membantu siswa memahami dirinya sendiri. Teknologi yang dapat diterapkan pada teknik testing dan non testing menggunakan computer dan internet.
Layanan informasi yang merupakan kegiatan Bimbingan dan Konseling yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa bagaimana mencari informasi (personal-sosial, karier, pendidikan). Teknologi yang dapat diterakan yaitu self-initiated information searching dengan menggunakan internet.
Layanan konseling yang merupakan kegiatan layanan yang bertujuan untuk memfasilitasi self-understanding dan self-development, yang dilakukan dengan cara “dyadic relationship” atau small group relationship. Fokus kegiatan ini adalah personal development dan decision making. Teknologi yang dapat diterapkan adalah cybercounseling.
Layanan konsultasi yaitu layanan bantuan yang diberikan kepada guru, administrator sekolah, dan orang tua untuk memahami siswa atau anak. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu cyber consultation.
Layanan perencanaan, penempatan dan tindak lanjut yaitu layanan Bimbingan dan Konseling yang bertujuan untuk membantu siswa memilih dan menggunakan kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang ada. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu computerized self information dan internet.
Layanan evaluasi merupakan kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan program. Teknologi yang dapat diterapkan yaitu computerized-data collection, computerized assessment, dan internet.
Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan-pertanyaan yang timbul adalah : 1) Mengapa konselor sekolah gagap teknologi; 2) Solusi apa yang dapat diajukan untuk mengatasi problematik tersebut?
PEMBAHASAN
Ada dua hal pokok yang dapat diajukan untuk menjawab mengapa konselor sekolah gagap teknologi, yaitu ditinjau dari kondisi konselor sekolah di lapangan dan penyiapan para calon konselor di perguruan tinggi.
1. Konselor sekolah di Lapangan
Kurangnya pemahaman konselor sekolah terhadap teknologi barangkali merupakan hal yang mendasar mengapa mereka belum menguasai teknologi informasi. Ketidakpahaman terhadap potensi dan manfaat teknologi informasi ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan keinginan seorang konselor sekolah untuk mempelajari teknologi.
Oleh karena itu penting sekali diadakan kegiatan seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan dan workshop yang sifatnya memberi informasi untuk memperkenalkan teknologi informasi untuk Bimbingan dan Konselling. Setelah mengenal konselor sekolah tentu akan memahami, mengerti dan berkeinginan untuk mencoba menggunakan teknologi. Dari awal mencoba menggunakan kemudian didukung dengan kegiatan pelatihan-pelatihan yang diadakan, akan membuat konselor sekolah terampil terhadap teknologi informasi tersebut.
Adapun potensi penggunaan teknologi informasi untuk Bimbingan dan Konsellingmenurut Cabanis (1999) yaitu, terdapat 8 potensi teknologi komputer berbasis internet dan 3 potensi komputer berbasis non internet untuk Bimbingan dan Konselling. Potensi teknologi komputer berbasis internet yang dapat digunakan untuk Bimbingan dan Konselling yaitu :
a. Email / Surat elektronik
Potensi penggunakaan oleh konselor antara lain untuk terapi, marketing, screening, client / therapist, surat menyurat untuk penjadwalan janji, monitoring inter-sessions, dan tindak lanjut post-therapeutic, transfer rekaman klien, referal, masukan, pekerjaan rumah, penelitian dan colegial profesional.
b. Website / Homepages
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pemasaran, periklanan, diseminasi informasi, dan publikasi.
c. Komputer konfrensi video
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi, pekerjaan rumah, refeal, dan konsultasi.
d. Sistem bulletin board/ listservs / newsgroup
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk konsultasi, referal / alih tangan kasus, sumberdaya untuk informasi, dan kegiatan asosiasi profesional.
e. Simulasi terkomputerisasi
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk supervisi dan pelatihan kompetensi.
f. Pangkalan data / FTP Sites
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain untuk penelitian, sumber informasi bagi therapis, sumber informasi perpustakaan, transfer rekaman klien, penilaian dan analisis.
g. Chat Rooms / Electronic Discussion Groups
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk terapi kelompok, membantu diri sendiri dan asesment / pengukuran.
h. Software berbasis internet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan ketrampilan dan keahlian, bantuan diri sendiri dan pelatihan ketrampilan dan pekerjaan rumah.
Sedangkan potensi teknologi komputer berbasis non internet yang dapat digunakan untuk Bimbingan dan Konselling yaitu;
a. Spreadsheet
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata kearsipan, data organisasi, informasi klien dan penelitian.
b. Pemrosesan kata
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk tata kearsipan, surat menyurat, marketing, publikasi, penelitian.
c. Software non internet.
Potensi penggunaan oleh konselor antara lain, untuk pelatihan ketrampilan untuk profesional dan klien, informasi bantuan diri sendiri, marketing, manajemen kantor, sumber referensi dan catatan kasus.
Mendasarkan pada potensi penggunaan teknologi informasi diatas, Triyanto (2006) menguraikan manfaat aplikasi teknologi informasi untuk bimbingan konseling yaitu 27 manfaat berbasis internet dan 12 manfaat berbasis non internet. Adapun ke-27 manfaat komputer berbasis internet seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Manfaat Komputer berbasis Internet untuk Bimbingan dan Konselling
Sedangkan ke-12 manfaat komputer berbasis non internet untuk Bimbingan dan Konsellingdapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Manfaat Komputer berbasis Non Internet untuk Bimbingan dan Konselling
Disamping memberikan pelatihan-pelatihan yang bersifat pengenalan, pemahaman, dan pemberian ketrampilan tidak kalah penting adalah dukungan dari kepala sekolah untuk menyediakan seperangkat komputer dan internet bagi konselor untuk menunjang layanan Bimbingan dan Konsellingdi sekolah.
2. Penyiapan calon konselor di Perguruan Tinggi
Selain memberikan pelatihan kepada para koselor sekolah di lapangan, menjadi penting adalah menyiapkan para mahasiswa calon konselor untuk dapat menguasai teknologi informasi. Pada kurikulum program studi S1 Bimbingan dan Konsellingdi UNY sudah terdapat mata kuliah Aplikasi komputer sejak tahun 2004. Mata kuliah Aplikasi Komputer diajarkan pada mahasiswa semester tiga sebanyak 2 SKS. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mahasiswa memahami dan menguasai dasar-dasar aplikasi komputer untuk Bimbingan dan Konselling dan mahasiswa memahami dasar-dasar teknologi informasi sebagai media layanan Bimbingan dan Konselling.
Meski mata kuliah ini sudah diajarkan sejak 3 tahun yang lalu di program S1 Bimbingan dan Konselling UNY, ternyata belum sepenuhnya memenuhi harapan. Kendala yang muncul antara lain disebabkan Bimbingan dan Konsellingan oleh:
- 1) tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran aplikasi komputer untuk Bimbingan dan Konsellingbelum mencerminkan kebutuhan yang ada di lapangan;
- 2) jam yang hanya 2 SKS masih dirasakan kurang;
- 3) material yang diajarkan belum dikemas sebagai media belajar yang merangsang mahasiswa belajar secara mandiri,
- 4) perbadingan teori 70 % dan praktek 30 % dalam proses pengajaran belum memberikan kontribusi yang ideal bagi mahasiswa, serta belum tersedianya sarana dan prasarana laboratorium komputer yang memadai.
Beberapa langkah yang mungkin dapat diambil untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul tersebut antara lain: 1) melakukan need assesment berkaitan dengan kebutuhan aplikasi komputer di lapangan dan merujuk beberapa literatur yang berkaitan dengan penggunaan komputer dan teknologi untuk Bimbingan dan Konselling; 2) Menambah jumlah SKS dari 2 SKS menjadi 4 SKS kalau memungkinkan, kalau tidak mungkin dengan mengoptimalkan 2 SKS yang diberikan; 3) Mengemas material bahan ajar menjadi modul-modul yang berisi teori dan latihan-latihan yang dapat dipakai mahasiswa untuk belajar secara mandiri di rumah; 4) proses pengajaran aplikasi komputer harus dibalik dari 70 % teori dan 30 % praktek menjadi 30% teori dan 70% praktek; serta 5) mengusulkan kepada manajemen fakultas ilmu pendidikan UNY untuk melengkapi sarana dan prasarana laboratorium komputer yang ideal.
Solusi yang ditawarkan diatas terlihat sangat teknis sifatnya, dan tentu memerlukan waktu untuk membenahinya. Hanya pada solusi pertama yaitu merujuk beberapa literatur yang berkaitan dengan penggunaan komputer dan teknologi untuk Bimbingan dan Konsellingperlu lebih ditekankan. Sebenarnya sudah banyak literatur-literatur yang memberikan acuan berkaitan dengan hal ini, seperti yang diajukan oleh Handarini (2007) yang mengatakakan bahwa ada 8 hal yang diperlukan untuk membekali pengetahuan calon konselor terhadap teknologi informasi yaitu:
a. Memahami dan mengikuti penggunaan teknologi mutakhir dalam pendidikan
b. Memiliki keterampilan dasar komputer, lancar dalam hal teknologi
c. Menguasai dan menggunakan berbagai komponen internet terkait layanan bimbingan
d. Mampu mengartikulasikan implikasi dan kesempatan penggunaan teknologi
e. Bertindak sebagai konsumen teknologi yang terdidik dan obyektif
f. Mengenal adanya kelompok dan kegiatan bimbingan yang “virtual” dengan menggunakan teknologi yang dapat mereka ikuti
g. Mampu menggunakan database untuk memonitor dan mengartikulasikan kemajuan siswa
h. Berpartisipasi dalam pengembangan rencana pendidikan berbasis teknologi
Mahasiswa calon konselor perlu dipersiapkan untuk memiliki a. kompetensi pengetahuan penggunaan komputer dan internet, berupa : 1) Mengembangkan kesadaran akan keuntungan dan kelemahan teknologi dan 2) Mengelola teknologi secara bijak, meliputi (a) Memotivasi diri untuk menggunakan teknologi; (b) Memilih teknologi secara bijak/tepat untuk program Bimbingan dan Konseling; (c) Menetapkan tujuan penggunaan teknologi dalam Bimbingan dan Konseling; (d) Mengontrol impuls-impuls, kebutuhan untuk kecepatan, dan kemenarikan penggunaan teknologi baru.
Mahasiswa calon konselor juga dipersiapkan untuk menguasai 12 kompetensi teknis penggunaan komputer dan internet, yaitu :
- menggunakan perangkat lunak untuk mengembangkan web pages, presentasi kelompok, surat, dan laporan
- menggunakan peralatan audiovisual, seperti video recorder, audio recorder, peralatan proyeksi
- menggunakan paket statistik
- menggunakan tes yang dikomputerisasi, alat-alat diagnosa, dan program-program pengambilan keputusan karier bersama dengan konseli/klien
- menggunakan e-mail
- membantu klien mencari berbagai informasi-terkait-konseling yang dibutuhkan melalui internet, termasuk informasi karier, kesempatan kerja, kesempatan pendidikan dan pelatihan, bantuan finansial/beasiswa, prosedur treatment, informasi personal-sosial
- Dapat “masuk”, berpartisipasi, “keluar” dari listservs yang berkaitan dengan konseling
- Dapat mengakses dan menggunakan konseling terkait dengan data base CD-ROM
- Memahami aspek etik dan legal pelaksanaan konseling via internet
- Memahami kelebihan dan kelemahan layanan konseling melalui internet
- Dapat menggunakan internet untuk menemukan dan menggunakan kesempatan pendidikan lanjut dalam konseling
- Dapat mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh melalui internet
(Association for Counselor Education and Supervision, 1999)
Secara lebih teknis Hines, 2003 juga menawarkan keahlian yang perlu dikuasi oleh seorang calon konselor sekolah yang berkaitan dengan kompetensi teknologi informasi, yaitu :
1. Word Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik
2. Menciptakan laporan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, informasi dan menarik
3. Database (dokumentasi siswa) dan spreedsheet (tabel dan grafik)
4. Presentasi multimedia
5. Sumber daya elektronik dan internet :
a. Membuat, mengirim, menerima email
b. Daftar, mengambil bagian dalam diskusi elektronik (milis atau mailinglist)
c. Mencari, menyaring informasi di internet
d. Mampu menggunakan search engine
e. Mampu ngobrol (chatting)
Meskipun banyak tawaran terhadap penyiapan penguasaan teknologi informasi bagi calon konselor, perlu diingat bahwa komputer dan internet dalam hal ini hanya merupakan alat atau sarana, Menjadi menarik apa yang dikatakan oleh Soemantri (2006) bahwa meskipun banyak manfaat yang dapat diambil dari komputer dan internet, mahasiswa calon konselor perlu diarahkan untuk memahami proses atau cara berfikir untuk bekerja menggunakan komputer secara maksimal.
Bertolak dari pemahaman bahwa komputer merupakan alat bantu untuk mempresentasikan informasi, Triyanto (2006) mengajukan tahapan yang perlu ditempuh dalam penyiapan penguasaan calon konselor terhadap teknologi informasi ini, yaitu : pertama, mengajak mahasiswa untuk memahami pengoperasian komputer, disini diperkenalkan konsep komputer mulai dari istilah, perintah, cara kerja dan konfigurasi yang digunakan. Kedua, mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bekerja dan menganalisa masalah menggunakan komputer. Konsep-konsep seperti basis data (database), aplikasi tabel (spreadsheet), untuk memecahkan masalah mulai diperkenalkan. Ketiga, dikenalkan konsep bermasyarakat dengan komputer. Konsep-konsep berdiskusi secara elektronik, tata cara yang digunakan, serta kemungkinan kerjasama secara elektronis.
Secara lebih teknis Hines, 2003 juga menawarkan keahlian yang perlu dikuasi oleh seorang calon konselor sekolah yang berkaitan dengan kompetensi teknologi informasi, yaitu :
1. Word Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik
2. Menciptakan laporan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, informasi dan menarik
3. Database (dokumentasi siswa) dan spreedsheet (tabel dan grafik)
4. Presentasi multimedia
5. Sumber daya elektronik dan internet :
a. Membuat, mengirim, menerima email
b. Daftar, mengambil bagian dalam diskusi elektronik (milis atau mailinglist)
c. Mencari, menyaring informasi di internet
d. Mampu menggunakan search engine
e. Mampu ngobrol (chatting)
Meskipun banyak tawaran terhadap penyiapan penguasaan teknologi informasi bagi calon konselor, perlu diingat bahwa komputer dan internet dalam hal ini hanya merupakan alat atau sarana, Menjadi menarik apa yang dikatakan oleh Soemantri (2006) bahwa meskipun banyak manfaat yang dapat diambil dari komputer dan internet, mahasiswa calon konselor perlu diarahkan untuk memahami proses atau cara berfikir untuk bekerja menggunakan komputer secara maksimal.
Bertolak dari pemahaman bahwa komputer merupakan alat bantu untuk mempresentasikan informasi, Triyanto (2006) mengajukan tahapan yang perlu ditempuh dalam penyiapan penguasaan calon konselor terhadap teknologi informasi ini, yaitu : pertama, mengajak mahasiswa untuk memahami pengoperasian komputer, disini diperkenalkan konsep komputer mulai dari istilah, perintah, cara kerja dan konfigurasi yang digunakan. Kedua, mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bekerja dan menganalisa masalah menggunakan komputer. Konsep-konsep seperti basis data (database), aplikasi tabel (spreadsheet), untuk memecahkan masalah mulai diperkenalkan. Ketiga, dikenalkan konsep bermasyarakat dengan komputer. Konsep-konsep berdiskusi secara elektronik, tata cara yang digunakan, serta kemungkinan kerjasama secara elektronis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar